Minggu, 06 Maret 2016

Cerpen



PUTIH BIRU
Pagi yang cerah menambah semangatku untuk mengais ilmu disekolah. Hari ini, hari senin, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua pelajar. Hari senin juga hari yang melelahkan, karena pada jam pertama semua murid wajib mengikuti upacara bendera seperti biasa. Jam dinding di kamar ku menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Aku bergegas mengambil tas dan segera menuju meja makan. Oh… iya hari ini aku mengenakan seragam putih biru. Di meja makan aku telah ditunggu oleh kedua orang tuaku. “Ara… buruan sarapan, udah jam berapa ini? Bukannya buruan malah santai-santai” omel ibuku. Ya… biasalah ibu emang suka begitu. Aku hanya mencomot roti yang telah disediakan oleh ibu tadi. Setelah sarapan selesai, aku dan Ayah bergegas menuju halaman. Ibupun mengikuti dari belakang. “Bu… aku berangkat ke sekolah dulu ya!” ujarku sambil mencium kedua pipi Ibu.”Hati-hati sayang, jangan nakal di sekolah”. Senyuman ibu tersungging dipipi. Ayah tersenyum pada ibu menandakan bahwa ayahku siap untuk berangkat ke kantor, ibu membalas dengan sebuah senyuman dan anggukkan.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai disekolah. Ayahku memperlahankan laju mobilnya. Didepan gerbang aku telah ditunggu oleh teman yang setia menemaniku. Aku membuka pintu mobil, dan sebelum aku menutup pintu, Ayah  berkata kepadaku bahwa nanti pulang sekolah ayah tidak bisa menjemputku Karena ada tugas dari kantor yang harus diselesaikan hari ini juga. Aku menghampiri temanku yang sedari tadi menungguku. “Pagi Ara cantik” sapa Putri kepadaku. Aku membalas dengan senyuman lebar, lalu kami berdua berjalan menuju kelas. Sesampainya didepan kelas, aku dan Putri di hadang oleh geng  yang sok berkuasa di kelas kami. “Yah… kalian payah. Jam segini baru berangkat. Kalian sebenarnya niat sekolah enggak sih?” tanya salah satu anak dari geng itu. “Heh… kalian pagi-pagi udah nyari gara-gara. Kalian kurang kerjaan ya? Tuh, di rumahku banyak banget cucian numpuk. Hahaha” ledek Putri. “Maksud kamu apaan Put? Kamu pikir kita-kita ini pembantu mu. Iya gitu?” Emosi si ketua geng menggebu-gebu, tanduk dikepalanya keluar menjulang tinggi. Asap keluar dari kupingnya. “Sialan kalian berdua. Awas ya nanti dikelas” sebelum si NIken ketua geng itu mengacak-acak rambut Putri, Pak Handoko wali kelas 9c datang, memberitahu bahwa nanti sehabis upacara akan diadakan ulangan IPA. Spontan murid kelas 9c yang mendengar, langsung berteriak-teriak histeris seakan-akan sekolah ini terguncang oleh teriakan kelas yang berasal dari dalam kelas ku.
“Tet…tet…tet” tepat pukul tujuh, bel masuk sekolah dipencet. Seluruh murid berhamburan dan segera berkumpul dihalaman sekolah dan menempatkan diri untuk mengikuti upacara bendera.
Nama ku Tiara Dewi Kusuma. Aku biasa dipanggil Ara oleh teman-temanku. Aku sekolah diSMPN HARAPAN BANSA tepatnya di daerah Cibubur. Di sekolah ini, aku di tempatkan di kelas yang super-super berisik. 9c tepatnya. Aku ini orangnya cantik, tidak sombong, dan baik hati, begitu kata si Putri ratunya makan. Kulit ku termasuk sawo matang khas orang Indonesia, rambutku enggak terlalu panjang hanya sepundak saja. Tinggiku sekitar 155 cm. aku paling suka dengan olahraga basket. Di sekolah ini aku mendapatkan seorang teman yang selalu setia kepadaku. Ya… Dia adalah Putri wahyu Angraeni. Putri itu orangnya doyan makan alias gendut, tomboy, galak banget. Mau tahu enggak sipa geng yang menghadang aku dan Putri di depan kelas tadi? Mereka itu gerembolan cewek-cewek yang hobinya ngomongin cowok. Geng itu berjumlah 5 orang diantaranya, adalah Niken si ketua geng  yang paling galak bin ngeselin, Aura yang hobinya bawa sisir kemana-mana, Janet yang suka ngomong ceplas-ceplos. Jadi, teman-temanku udah biasa dengan perkataan Janet, yang keempat Pingky yang paling centil diantara teman-temannya, yang terakhir adalah Dini orangnya super-super judes dan jaim.
          Upacara pada hari ini berjalan dengan sukses, tidak ada gangguan apapun. Biasanya banyak murid yang sakit, enggak tahu kenapa gara-gara belum sarapan mungkin atau gara-gara panas matahari yang sangat kejam tidak mengerti apa itu kasihan, mungkin belum diajari apa itu kasihan oleh bulan. Sebelum Pak Handoko guru pelajaran IPA sekaligus wali kelasku masuk kelas semua murid kelas 9c sibuk membolak-balik buku IPA sebelumnya. RALAT. Enggak semua, hanya murid tertentu saja. 5 sekawan asik ngobrol di belakang entah  apa yang diperbincangkan oleh mereka sedangkan aku dan Putri  sangat serius mengulang materi yang akan digunakan untuk ulangan hari ini. Lama kelamaan suasana berubah menjadi ramai, mungkin mereka bosan sedari tadi memegangi buku, bukan hanya bosan tetapi juga lelah mungkin habis upacara harus ulangan, ulangan IPA lagi. Hadeuhhhh…………
          Ketua kelas yang sangat bijaksana ini langsung mengambil penggaris papan tulis dan memukul-mukulkan ke meja guru, itu tandanya semua murid kelas 9c diminta tenang. Tak lama kemudian Bu Nur guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memasuki kelasku. “Anak-anak, kelas 9c, jam kedua pelajatannya Pak Handoko ya?” tanya Bu Nur. “Iya bu…” serentak kami menjawab. “Pak Handoko berpesan kepada saya bahwa hari ini ulangan di undur hari pada hari Rabu besok. Pak Handoko tidak bsa mengisi jam pada hari ini. Dikarenakan ada tugas mendadak dari dinas” lanjut Bu Nur. Setelah Bu Nur meninggalkan kelas, semua isi ruangan berteriak karena sangat senang tidak jadi ulangan, begitu pula dengan aku.  Mungkin hanya kelasku yang terasa sangat rebut, apalagi 5 sekawan, mereka sangat heboh di dalam kelas. Kayla ketua kelas yang cantik dan bijaksana ini sebenarnya telah mengatur agar teman-teman diam, Pingky bukannya diam malah tambah menjerit-jerit.
          “Tet…tet” bel bebunyi dua kali menandakan bahwa jam istirahat tiba. Aku dan Putri segera menuju kantin yang letaknya dipojok sekolah dekat ruang UKS. Saat dijalan menuju ke kentin aku bertemu dengan Ryan “Hay Ara” dia menyapa ku dengan senyuman indahnya. “Ara aja nih yang disapa” sindir Putri kepada Ryan sebelum aku membalas sapaan Ryan. “Hay juga Putri gendut.. kalian mau ke kantin ya?” Tanya Ryan. “Hm…” jawab Putri singkat mungkin Putri kesal dengan ledekan Ryan tadi. “yeeee……… gitu aja ngambek” balas Ryan. “iya kita mau ke kantin” jawab ku menghentikan keributan ini. “Aku boleh bareng kalin tidak?” tanya Ryan kepad aku dan Putri. “Boleh dong” jawab ku dan Putri bareng. Aku, Putri, dan Ryan telah sampai di kantin, lalu kami memilih tempat  yang kosong. Istiraht kali ini meja yang ada dikantin penuh. Untungnya masih ada sisa meja yang kosong. Disebelah meja yang kami tempati ada 5 sekawan rupanya. Entahkenapa Niken menatap ku dengan tatapan yang berbeda.
                                                          >*****<
          Aku pulang dengan Putri hanya berjalan kaki menyusuri gang yang ramai penduduk. Sesampainya di halaman rumahku, seperti biasa Putri langsung masuk kerumah ku duluan. “Ibuk… aku pulang!!!” teriakku saat sampai diambang pintu. Tidak ada jawaban sama sekali dari Ibuku. Aku lansung melempar tas ke sofa. Putri yang sedari tadi di jalan mengoceh langsung melemparkan tubuhnya ke sofa juga. “Sore tante” sapa Putri kepada Ibu yang baru keluar dari kamar. “Eh… kalian udah pada pulang” sahut ibuku lalu tersenyum kepada aku dan Putri. “Kalian mau minum apa? Pasti kalian lelah ya?” lanjut ibu. “Terserah Ibu saja deh” jawab ku. Aku menghampiri Putri yang sedang asik nonton tv. “Put, kamu merasa aneh enggak sih dengan sikap si Niken?” tanyaku kepada Putri. “Iya deh aneh banget. Kamu tadi merhatiin dia enggak waktu kita di kantin tadi?” Putri juga merasakan hal yang sama dengan aku. “Hem… aku merhatiin dia terus dari tadi. Tapi biasanya enggak begitu deh, Put” jawabku heran. “Apa mungkin karena Ryan tadi bareng kita waktu kita ke kantin tadi?” Tanya Putri. “Enggak mugkin lah Put, apa hubunnya coba?” Tanyaku semain heran. “Entahlah Ara cantik. Pusing!!!” Jawab Putri enteng. Ibu datang dari dapur dengan 2 gelas jus Alpukat ditangan Ibu. Beberapa jam setelah rasa lelah hilang, Putri berpamitan pulang kepada ibu “tante, aku pulang dulu ya! Udah sore ni, takutnya nanti ibu nyariin” pamit Putri. “oh…iya . hati-hati ya, Put!” jawab ibu.
          Beberapa jam setelah Putri pulang dari rumahku, tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada sebuah pesan masuk. Aku enggak tahu apa maksud dari pesan ini. Aku juga enggak tahu nomor ini.
Buat cewek yang enggak punya pacar!!! Jangan ngerebut pacar orang deh, kesannya tuh kamu murahan tau gak?? Punya kaca enggak sih kamu di rumah? Ngaca dong!!
Apa mungkin ini pesan dari Niken? Karena akhir-akhir ini Niken bersikap berbeda kepada ku. Iya sih, emang sikap Niken ngeselin tapi, kemaren waktu aku bareng Ryan sikapnya beda enggak seperti biasa. Sementara ini pesan singkat itu aku abaikan.
                                                >*****<
          Seperti biasa aku berangkat sekolah dengan ayah. Hari ini Putri tidak menungguku di depan gerbang. Enggak seperti biasa. Apa mungkin Putri enggak berangkat sekolah har ini? Aku menyusuri koridor sekolah untuk sampai di kelasku. Saat aku sampai di kelas, aku berpapasan dengan Niken, ia berjalan keluar. Niken hanya seorang diri. Entah kemana teman-temannya yang selalu bersamanya. Ternyata Putri juga tidak ada di dalam kelas. Tak ada orang satupun di dalam kelas. Mungkin memang Putri belum juga berangkat. Pikirku. Tak lama kemudian Ryan memasuki kelasku, dia menghampiriku “pagi Ara” sapa Ryan. Enggak seperti biasa Ryan hari ini dia terlihat sangat senang. “pagi juga Ryan, ada apa kok hari ini kelihatan happy banget?” tanyaku kepada Ryan. Ryan berlutut disampingku. Spontan aku langsung membungkam mulutku dengan kedua tanganku. “Ara… kamu mau enggak jadi pacar aku? Sebenarnya aku udah lama menyimpan rasa ini kepada kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?” aku syok saat Ryan menyatakan itu kepadaku. Ryan menyodorkan bunga mawar yang sedari tadi ia taruh dipunggung. “em…em gimana ya Yan?? Iya aku mau jadi pacar kamu” jawabku pelan. “apa? Aku enggak denger” Tanya Ryan yang berlagak sok enggak dengar jawaban ku. “aku mau jadi pacar kamu Ryan!!” aku mengambil bunga itu dari tangan Ryan. Dan saat itu juga Putri masuk ke kelas diikuti dengan teman-temanku. Mereka meneriakkiku dan Ryan. Bukan meneriakkiku karena tidak suka dengan perbuatan Ryan, mereka malah sangat mendukung. Lalu mereka masuk dan menempatkan diri di tempat duduk masing-masing. Aku sempat melihat wajah Niken sepertinya ia tidak suka dengan perbuatan Ryan tadi. Saat Putri telah duduk di sampingku, ia berdehem meledekku. Ryan bangkit dan ia segera meninggalkan kelas ini “see you cantik” kata Ryan sambil melempar senyum kepadaku.
>*****<
          Istirahat kali ini aku hanya duduk di dalam kelas bersama Putri. Aku mengeluarkan ponselku dari dalam tas “Put, baca deh sms ini! Aku enggak tahu siapa yang mengirim pesan ini. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Ryan?”. “apa sih isi smsnya? Jadi penasaran aku” Putri mengambil ponsel dari tanganku. “hah… gak salah kirim nih orang? Masak sih dia ngirim pesan ginian ke kamu?” Tanya Putri tak percaya. “sementara ini jangan kaih tahu tentang sms ini kepada Ryan” ujarku cemas. “oke lah kalau itu emang mau kamu” aku memasukkan kembali ponselku ke dalam tas ku. Ryan masuk ke kelasku dengan air mineral ditangannya dan makanan ringan. “hay…” sapa Ryan. “cie… yang baru aja jadian tadi pagi!!!” sindir Putri. “apaan sih kamu, Put?” tanyaku kepada Putri. “bawa apaan tuh? Buat aku ya?” Tanya Putri dengan percaya dirinya. “yaelah Putri… kalau yang berbau makanan langsung ngerespon” kata Ryan. “hahahaha…” aku tertawa mendengar perkataan Ryan. Canda dan tawa pada istirahat ini kami curahkan. Saat kita sedang asik bercanda, 5 sekawan memasuki kelas. Mereka menatap kami dengan tatapan yang tak biasa.
>*****<
          Sore ini aku termenung di kamar ditemani dengan suara kendaraan dari luar yang belalu lalang. Aku menatap langit-langit kamar. Aku bingung dengan posisiku saat ini. Apa aku harus rela kehilangan orang yang aku cintai dari dulu. Dan baru tadi pagi aku menjadi pacarnya. Tapi kenapa harus ada orang yang enggak suka dengan hubungan ini. Aku teringat dengan kejadian tadi sewaktu aku pulang sekolah. Tadi sepulang sekolah, aku dihadang oleh 5 sekawan. Kebetulan tadi Putri pulang duluan karena ada urusan keluarga. Niken mendekatiku dengan tatapan yang tak sewajarnya. Matanya seolah akan menikamku “apa-apaan ini?” ujarku karena tak terima dengan perbuatan ini. “dasar cewek centil, hobinya Cuma ngerebut pacar orang!!!” kata Niken tegas. “apa sih maksud kamu, Nik? Aku enggak ngerti!”kataku pelan. “enggak usah pura-pura bego deh!” bentak Niken. Aku makin enggak mengerti dengan omongan Niken. “kamu sengaja kan tadi di kelas waktu istirahat ketawa-ketawa sama si Ryan didepan aku. Kamu piker aku cemburu gitu??? Iya Ra… aku emang cemburu melihat itu semua!!!” suara Niken meleleh “maksud kamu, kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku. Kamu mencintai Ryan?” tanyaku tak terlalu paham. “iya!!! Puas kamu Ra?” bentak Niken lagi.
          Huh… apa lebih baik semua ini aku jelasin kepada Ryan. Kupikir lebih baik sekarang saja aku selesaian masalah ini. Aku mencari nama Ryan dalam ponselku.
Hay yan… lagi sibuk gak? Kalau enggak nanti kita ketemu di tempat makanyang pernah kita kunjungi dulu. Jam 4 ya!!!
Pesan singkat berhasil aku kirim kepada Ryan. Aku sudah siap hanya menunggu waktu untuk menempatkan pukul 4.
>*****<
“sore Ara, udah lama ya nunggu aku?” sapa Ryan dari belakang. “oh… udah datang. Enggak kok aku juga baru nyampe”  Ryan mengeluarkan sebatang coklat dari jaketnya “ini untukmu!!”  Ryan menyodorkan coklat itu. “apa yang ingin kamu sampaikan Ara?” Tanya Ryan mengawali pembicaraan. “hm… em. Gini Yan. Tadi sepulang sekolah aku dihadang oleh Niken” panjang lebar aku menceritakan kejadian itu sama Ryan. “terus kamu mau kita putus hari ini juga, Ra?” Tanya Ryan khawatir. “iya!!!” jawabku singkat. “tapi kita masih bisa berteman kan?” Tanya Ryan penuh harap. “iya jelas dong, Yan. Aku Cuma enggak mau aja ada orang yang tersakiti dengan hubungan ini” jelasku.
          Setelah beberapa lama bercerita aku dan ryan pulang bersamaan. Karena rumah kita searah. Aku lega masalah satu udah selesai tinggal menjelaskan kepada Niken besok pagi.
>*****<
          Aku menemui Niken pada saat jam istirahat. Saat ini aku tanpa Putri, karena dia tidak berangkat sekolah, ibunya sedang sakit katanya. Aku menemui Niken yang sedang berkumpul di halaman sekolah. “ayo iku aku!!!” aku menarik tangan Niken. “apa-apaan sih kamu? narik tangan orang sembarangan!” Niken sempat menolak ajakkanku.
          Saat sampai di tempat yang sepi. Aku baru mengawali pembicaraan dengan Niken. “Ada satu hal yang ingin aku sampaikan kepada mu, Nik!” jelasku serius. “apa?” Tanya Niken datar. “sekarang aku udah enngak ada hubungan apa-apa lagi dengan Ryan. Jadi, mulai sekarang enggak ada lagi yang tersakiti dalam hubunganku!” kataku. NIken meluluhkan air mata di depanku. Tanpa ada yang menyuruh Niken lansung memeluk tubuhku. “terimakasih Ara. Kamu rela kehilangan orang yang kamu cintai, itu semua demi aku” kata Niken pelan. “iya. Aku juga ngerti perasaan kamu kok!” lanjutku. “maafkan aku Ara! Aku selalu mengganggu kamu selama ini. Aku mau kita sekarang menjadi teman yang lebih baik dari sebelumnya” kata-kata yang diucapakan Niken membuat air mataku tumpah seketika.
>*****<
Aku berjalan melaui koridor sekolah. Suasana yang sepi dan hening ini, membuatku berpikir kembali, aku belum pantas dengan dunia cinta. Aku hanya anak kecil yang tak tau apa-apa tentang cinta. Hm… ku hembuskan nafas ini. Aku berfikir kembali bahwa orang tuaku menyekolahkanku bukan untuk mencari pacar, tapi hanya satu tujuan yaitu belajar untuk lebih baik mencapai cita-cita. Seragam yang ku kenakan hari ini menunjukkan bahwa aku adalah seorang pelajar. Dalam putih biru ini banyak sekali pengalaman, pengalaman yang indah maupun pengalaman pahit.

Tari Cindai SMPN 2 Wates(9c)