Selasa, 22 Maret 2016
Minggu, 06 Maret 2016
Cerpen
PUTIH
BIRU
Pagi yang cerah menambah semangatku untuk mengais
ilmu disekolah. Hari ini, hari senin, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh
semua pelajar. Hari senin juga hari yang melelahkan, karena pada jam pertama semua
murid wajib mengikuti upacara bendera seperti biasa. Jam dinding di kamar ku
menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Aku bergegas mengambil tas dan segera
menuju meja makan. Oh… iya hari ini aku mengenakan seragam putih biru. Di meja
makan aku telah ditunggu oleh kedua orang tuaku. “Ara… buruan sarapan, udah jam
berapa ini? Bukannya buruan malah santai-santai” omel ibuku. Ya… biasalah ibu
emang suka begitu. Aku hanya mencomot roti yang telah disediakan oleh ibu tadi.
Setelah sarapan selesai, aku dan Ayah bergegas menuju halaman. Ibupun mengikuti
dari belakang. “Bu… aku berangkat ke sekolah dulu ya!” ujarku sambil mencium
kedua pipi Ibu.”Hati-hati sayang, jangan nakal di sekolah”. Senyuman ibu
tersungging dipipi. Ayah tersenyum pada ibu menandakan bahwa ayahku siap untuk
berangkat ke kantor, ibu membalas dengan sebuah senyuman dan anggukkan.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai disekolah.
Ayahku memperlahankan laju mobilnya. Didepan gerbang aku telah ditunggu oleh
teman yang setia menemaniku. Aku membuka pintu mobil, dan sebelum aku menutup pintu,
Ayah berkata kepadaku bahwa nanti pulang
sekolah ayah tidak bisa menjemputku Karena ada tugas dari kantor yang harus
diselesaikan hari ini juga. Aku menghampiri temanku yang sedari tadi
menungguku. “Pagi Ara cantik” sapa Putri kepadaku. Aku membalas dengan senyuman
lebar, lalu kami berdua berjalan menuju kelas. Sesampainya didepan kelas, aku
dan Putri di hadang oleh geng yang sok berkuasa di kelas kami. “Yah… kalian
payah. Jam segini baru berangkat. Kalian sebenarnya niat sekolah enggak sih?” tanya salah satu anak dari geng itu. “Heh… kalian pagi-pagi udah
nyari gara-gara. Kalian kurang kerjaan ya? Tuh, di rumahku banyak banget cucian
numpuk. Hahaha” ledek Putri. “Maksud kamu apaan Put? Kamu pikir kita-kita ini pembantu
mu. Iya gitu?” Emosi si ketua geng menggebu-gebu,
tanduk dikepalanya keluar menjulang tinggi. Asap keluar dari kupingnya. “Sialan
kalian berdua. Awas ya nanti dikelas” sebelum si NIken ketua geng itu mengacak-acak rambut Putri, Pak
Handoko wali kelas 9c datang, memberitahu bahwa nanti sehabis upacara akan
diadakan ulangan IPA. Spontan murid kelas 9c yang mendengar, langsung
berteriak-teriak histeris seakan-akan sekolah ini terguncang oleh teriakan
kelas yang berasal dari dalam kelas ku.
“Tet…tet…tet” tepat pukul tujuh, bel masuk sekolah
dipencet. Seluruh murid berhamburan dan segera berkumpul dihalaman sekolah dan
menempatkan diri untuk mengikuti upacara bendera.
Nama
ku Tiara Dewi Kusuma. Aku biasa dipanggil Ara oleh teman-temanku. Aku sekolah
diSMPN HARAPAN BANSA tepatnya di daerah Cibubur. Di sekolah ini, aku di
tempatkan di kelas yang super-super berisik. 9c tepatnya. Aku ini orangnya
cantik, tidak sombong, dan baik hati, begitu kata si Putri ratunya makan. Kulit
ku termasuk sawo matang khas orang Indonesia, rambutku enggak terlalu panjang hanya sepundak saja. Tinggiku sekitar 155
cm. aku paling suka dengan olahraga basket. Di sekolah ini aku mendapatkan
seorang teman yang selalu setia kepadaku. Ya… Dia adalah Putri wahyu Angraeni.
Putri itu orangnya doyan makan alias gendut, tomboy, galak banget. Mau tahu enggak sipa geng yang menghadang aku dan Putri di depan kelas tadi? Mereka itu
gerembolan cewek-cewek yang hobinya ngomongin cowok. Geng itu berjumlah 5 orang diantaranya, adalah Niken si ketua geng yang paling galak bin ngeselin, Aura yang
hobinya bawa sisir kemana-mana, Janet yang suka ngomong ceplas-ceplos. Jadi,
teman-temanku udah biasa dengan perkataan Janet, yang keempat Pingky yang
paling centil diantara teman-temannya, yang terakhir adalah Dini orangnya super-super
judes dan jaim.
Upacara pada hari ini berjalan dengan
sukses, tidak ada gangguan apapun. Biasanya banyak murid yang sakit, enggak tahu kenapa gara-gara belum
sarapan mungkin atau gara-gara panas matahari yang sangat kejam tidak mengerti
apa itu kasihan, mungkin belum diajari apa itu kasihan oleh bulan. Sebelum Pak
Handoko guru pelajaran IPA sekaligus wali kelasku masuk kelas semua murid kelas
9c sibuk membolak-balik buku IPA sebelumnya. RALAT. Enggak semua, hanya murid
tertentu saja. 5 sekawan asik ngobrol di belakang entah apa yang diperbincangkan oleh mereka sedangkan
aku dan Putri sangat serius mengulang
materi yang akan digunakan untuk ulangan hari ini. Lama kelamaan suasana
berubah menjadi ramai, mungkin mereka bosan sedari tadi memegangi buku, bukan
hanya bosan tetapi juga lelah mungkin habis upacara harus ulangan, ulangan IPA
lagi. Hadeuhhhh…………
Ketua kelas yang sangat bijaksana ini
langsung mengambil penggaris papan tulis dan memukul-mukulkan ke meja guru, itu
tandanya semua murid kelas 9c diminta tenang. Tak lama kemudian Bu Nur guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memasuki kelasku. “Anak-anak, kelas 9c,
jam kedua pelajatannya Pak Handoko ya?” tanya Bu Nur. “Iya bu…” serentak kami
menjawab. “Pak Handoko berpesan kepada saya bahwa hari ini ulangan di undur
hari pada hari Rabu besok. Pak Handoko tidak bsa mengisi jam pada hari ini.
Dikarenakan ada tugas mendadak dari dinas” lanjut Bu Nur. Setelah Bu Nur
meninggalkan kelas, semua isi ruangan berteriak karena sangat senang tidak jadi
ulangan, begitu pula dengan aku. Mungkin
hanya kelasku yang terasa sangat rebut, apalagi 5 sekawan, mereka sangat heboh
di dalam kelas. Kayla ketua kelas yang cantik dan bijaksana ini sebenarnya
telah mengatur agar teman-teman diam, Pingky bukannya diam malah tambah
menjerit-jerit.
“Tet…tet” bel bebunyi dua kali
menandakan bahwa jam istirahat tiba. Aku dan Putri segera menuju kantin yang
letaknya dipojok sekolah dekat ruang UKS. Saat dijalan menuju ke kentin aku
bertemu dengan Ryan “Hay Ara” dia menyapa ku dengan senyuman indahnya. “Ara aja
nih yang disapa” sindir Putri kepada Ryan sebelum aku membalas sapaan Ryan.
“Hay juga Putri gendut.. kalian mau ke kantin ya?” Tanya Ryan. “Hm…” jawab
Putri singkat mungkin Putri kesal dengan ledekan Ryan tadi. “yeeee……… gitu aja
ngambek” balas Ryan. “iya kita mau ke kantin” jawab ku menghentikan keributan
ini. “Aku boleh bareng kalin tidak?” tanya Ryan kepad aku dan Putri. “Boleh
dong” jawab ku dan Putri bareng. Aku, Putri, dan Ryan telah sampai di kantin,
lalu kami memilih tempat yang kosong.
Istiraht kali ini meja yang ada dikantin penuh. Untungnya masih ada sisa meja
yang kosong. Disebelah meja yang kami tempati ada 5 sekawan rupanya.
Entahkenapa Niken menatap ku dengan tatapan yang berbeda.
>*****<
Aku
pulang dengan Putri hanya berjalan kaki menyusuri gang yang ramai penduduk.
Sesampainya di halaman rumahku, seperti biasa Putri langsung masuk kerumah ku
duluan. “Ibuk… aku pulang!!!” teriakku saat sampai diambang pintu. Tidak ada
jawaban sama sekali dari Ibuku. Aku lansung melempar tas ke sofa. Putri yang
sedari tadi di jalan mengoceh langsung melemparkan tubuhnya ke sofa juga. “Sore
tante” sapa Putri kepada Ibu yang baru keluar dari kamar. “Eh… kalian udah pada
pulang” sahut ibuku lalu tersenyum kepada aku dan Putri. “Kalian mau minum apa?
Pasti kalian lelah ya?” lanjut ibu. “Terserah Ibu saja deh” jawab ku. Aku
menghampiri Putri yang sedang asik nonton tv. “Put, kamu merasa aneh enggak sih
dengan sikap si Niken?” tanyaku kepada Putri. “Iya deh aneh banget. Kamu tadi
merhatiin dia enggak waktu kita di kantin
tadi?” Putri juga merasakan hal yang sama dengan aku. “Hem… aku merhatiin dia
terus dari tadi. Tapi biasanya enggak begitu deh, Put” jawabku heran. “Apa
mungkin karena Ryan tadi bareng kita waktu kita ke kantin tadi?” Tanya Putri. “Enggak
mugkin lah Put, apa hubunnya coba?” Tanyaku semain heran. “Entahlah Ara cantik.
Pusing!!!” Jawab Putri enteng. Ibu datang dari dapur dengan 2 gelas jus Alpukat
ditangan Ibu. Beberapa jam setelah rasa lelah hilang, Putri berpamitan pulang
kepada ibu “tante, aku pulang dulu ya! Udah sore ni, takutnya nanti ibu
nyariin” pamit Putri. “oh…iya . hati-hati ya, Put!” jawab ibu.
Beberapa
jam setelah Putri pulang dari rumahku, tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada sebuah
pesan masuk. Aku enggak tahu apa maksud dari pesan ini. Aku juga enggak tahu
nomor ini.
Buat
cewek yang enggak punya pacar!!! Jangan ngerebut pacar orang deh, kesannya tuh
kamu murahan tau gak?? Punya kaca enggak sih kamu di rumah? Ngaca dong!!
Apa
mungkin ini pesan dari Niken? Karena akhir-akhir ini Niken bersikap berbeda
kepada ku. Iya sih, emang sikap Niken ngeselin tapi, kemaren waktu aku bareng
Ryan sikapnya beda enggak seperti biasa. Sementara ini pesan singkat itu aku
abaikan.
>*****<
Seperti biasa aku berangkat sekolah
dengan ayah. Hari ini Putri tidak menungguku di depan gerbang. Enggak seperti
biasa. Apa mungkin Putri enggak berangkat sekolah har ini? Aku menyusuri
koridor sekolah untuk sampai di kelasku. Saat aku sampai di kelas, aku
berpapasan dengan Niken, ia berjalan keluar. Niken hanya seorang diri. Entah
kemana teman-temannya yang selalu bersamanya. Ternyata Putri juga tidak ada di
dalam kelas. Tak ada orang satupun di dalam kelas. Mungkin memang Putri belum
juga berangkat. Pikirku. Tak lama
kemudian Ryan memasuki kelasku, dia menghampiriku “pagi Ara” sapa Ryan. Enggak seperti biasa Ryan hari ini dia
terlihat sangat senang. “pagi juga Ryan, ada apa kok hari ini kelihatan happy banget?” tanyaku kepada Ryan. Ryan
berlutut disampingku. Spontan aku langsung membungkam mulutku dengan kedua
tanganku. “Ara… kamu mau enggak jadi
pacar aku? Sebenarnya aku udah lama menyimpan rasa ini kepada kamu. Kamu mau
kan jadi pacar aku?” aku syok saat Ryan menyatakan itu kepadaku. Ryan menyodorkan
bunga mawar yang sedari tadi ia taruh dipunggung. “em…em gimana ya Yan?? Iya
aku mau jadi pacar kamu” jawabku pelan. “apa? Aku enggak denger” Tanya Ryan yang berlagak sok enggak dengar jawaban ku. “aku mau jadi pacar kamu Ryan!!” aku
mengambil bunga itu dari tangan Ryan. Dan saat itu juga Putri masuk ke kelas diikuti
dengan teman-temanku. Mereka meneriakkiku dan Ryan. Bukan meneriakkiku karena
tidak suka dengan perbuatan Ryan, mereka malah sangat mendukung. Lalu mereka masuk
dan menempatkan diri di tempat duduk masing-masing. Aku sempat melihat wajah
Niken sepertinya ia tidak suka dengan perbuatan Ryan tadi. Saat Putri telah
duduk di sampingku, ia berdehem meledekku. Ryan bangkit dan ia segera
meninggalkan kelas ini “see you cantik”
kata Ryan sambil melempar senyum kepadaku.
>*****<
Istirahat kali ini aku hanya duduk di
dalam kelas bersama Putri. Aku mengeluarkan ponselku dari dalam tas “Put, baca
deh sms ini! Aku enggak tahu siapa yang mengirim pesan ini. Apa mungkin ini ada
hubungannya dengan Ryan?”. “apa sih isi smsnya? Jadi penasaran aku” Putri
mengambil ponsel dari tanganku. “hah… gak
salah kirim nih orang? Masak sih dia ngirim pesan ginian ke kamu?” Tanya Putri
tak percaya. “sementara ini jangan kaih tahu tentang sms ini kepada Ryan”
ujarku cemas. “oke lah kalau itu emang mau kamu” aku memasukkan kembali
ponselku ke dalam tas ku. Ryan masuk ke kelasku dengan air mineral ditangannya
dan makanan ringan. “hay…” sapa Ryan. “cie… yang baru aja jadian tadi pagi!!!”
sindir Putri. “apaan sih kamu, Put?” tanyaku kepada Putri. “bawa apaan tuh?
Buat aku ya?” Tanya Putri dengan percaya dirinya. “yaelah Putri… kalau yang
berbau makanan langsung ngerespon” kata Ryan. “hahahaha…” aku tertawa mendengar
perkataan Ryan. Canda dan tawa pada istirahat ini kami curahkan. Saat kita
sedang asik bercanda, 5 sekawan memasuki kelas. Mereka menatap kami dengan
tatapan yang tak biasa.
>*****<
Sore ini aku termenung di kamar
ditemani dengan suara kendaraan dari luar yang belalu lalang. Aku menatap
langit-langit kamar. Aku bingung dengan posisiku saat ini. Apa aku harus rela
kehilangan orang yang aku cintai dari dulu. Dan baru tadi pagi aku menjadi
pacarnya. Tapi kenapa harus ada orang yang enggak
suka dengan hubungan ini. Aku teringat dengan kejadian tadi sewaktu aku pulang
sekolah. Tadi sepulang sekolah, aku dihadang oleh 5 sekawan. Kebetulan tadi
Putri pulang duluan karena ada urusan keluarga. Niken mendekatiku dengan
tatapan yang tak sewajarnya. Matanya seolah akan menikamku “apa-apaan ini?”
ujarku karena tak terima dengan perbuatan ini. “dasar cewek centil, hobinya
Cuma ngerebut pacar orang!!!” kata Niken tegas. “apa sih maksud kamu, Nik? Aku enggak ngerti!”kataku pelan. “enggak usah pura-pura bego deh!” bentak
Niken. Aku makin enggak mengerti
dengan omongan Niken. “kamu sengaja kan tadi di kelas waktu istirahat
ketawa-ketawa sama si Ryan didepan aku. Kamu piker aku cemburu gitu??? Iya Ra…
aku emang cemburu melihat itu semua!!!” suara Niken meleleh “maksud kamu, kamu
juga memiliki perasaan yang sama denganku. Kamu mencintai Ryan?” tanyaku tak
terlalu paham. “iya!!! Puas kamu Ra?” bentak Niken lagi.
Huh… apa lebih baik semua ini aku
jelasin kepada Ryan. Kupikir lebih baik sekarang saja aku selesaian masalah
ini. Aku mencari nama Ryan dalam ponselku.
Hay
yan… lagi sibuk gak? Kalau enggak nanti kita ketemu di tempat makanyang pernah
kita kunjungi dulu. Jam 4 ya!!!
Pesan
singkat berhasil aku kirim kepada Ryan. Aku sudah siap hanya menunggu waktu
untuk menempatkan pukul 4.
>*****<
“sore
Ara, udah lama ya nunggu aku?” sapa Ryan dari belakang. “oh… udah datang.
Enggak kok aku juga baru nyampe” Ryan
mengeluarkan sebatang coklat dari jaketnya “ini untukmu!!” Ryan menyodorkan coklat itu. “apa yang ingin
kamu sampaikan Ara?” Tanya Ryan mengawali pembicaraan. “hm… em. Gini Yan. Tadi
sepulang sekolah aku dihadang oleh Niken” panjang lebar aku menceritakan
kejadian itu sama Ryan. “terus kamu mau kita putus hari ini juga, Ra?” Tanya
Ryan khawatir. “iya!!!” jawabku singkat. “tapi kita masih bisa berteman kan?”
Tanya Ryan penuh harap. “iya jelas dong, Yan. Aku Cuma enggak mau aja ada orang
yang tersakiti dengan hubungan ini” jelasku.
Setelah beberapa lama bercerita aku dan
ryan pulang bersamaan. Karena rumah kita searah. Aku lega masalah satu udah
selesai tinggal menjelaskan kepada Niken besok pagi.
>*****<
Aku menemui Niken pada saat jam
istirahat. Saat ini aku tanpa Putri, karena dia tidak berangkat sekolah, ibunya
sedang sakit katanya. Aku menemui Niken yang sedang berkumpul di halaman
sekolah. “ayo iku aku!!!” aku menarik tangan Niken. “apa-apaan sih kamu? narik
tangan orang sembarangan!” Niken sempat menolak ajakkanku.
Saat sampai di tempat yang sepi. Aku
baru mengawali pembicaraan dengan Niken. “Ada satu hal yang ingin aku sampaikan
kepada mu, Nik!” jelasku serius. “apa?” Tanya Niken datar. “sekarang aku udah
enngak ada hubungan apa-apa lagi dengan Ryan. Jadi, mulai sekarang enggak ada
lagi yang tersakiti dalam hubunganku!” kataku. NIken meluluhkan air mata di
depanku. Tanpa ada yang menyuruh Niken lansung memeluk tubuhku. “terimakasih
Ara. Kamu rela kehilangan orang yang kamu cintai, itu semua demi aku” kata
Niken pelan. “iya. Aku juga ngerti perasaan kamu kok!” lanjutku. “maafkan aku
Ara! Aku selalu mengganggu kamu selama ini. Aku mau kita sekarang menjadi teman
yang lebih baik dari sebelumnya” kata-kata yang diucapakan Niken membuat air
mataku tumpah seketika.
>*****<
Aku
berjalan melaui koridor sekolah. Suasana yang sepi dan hening ini, membuatku
berpikir kembali, aku belum pantas dengan dunia cinta. Aku hanya anak kecil
yang tak tau apa-apa tentang cinta. Hm… ku hembuskan nafas ini. Aku berfikir
kembali bahwa orang tuaku menyekolahkanku bukan untuk mencari pacar, tapi hanya
satu tujuan yaitu belajar untuk lebih baik mencapai cita-cita. Seragam yang ku
kenakan hari ini menunjukkan bahwa aku adalah seorang pelajar. Dalam putih biru
ini banyak sekali pengalaman, pengalaman yang indah maupun pengalaman pahit.
Langganan:
Postingan (Atom)